BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar terdiri dari 5 pulau utama dan sekitar 300 kelompok kepulauan kecil. Jumlah keseluruhan ialah 13667 pulau-pulau dengan 6000 pulau belum terhuni. Kepulauan terletak di antara dua samudera yaitu samudera pasifik dan samudera hindia, dan terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia. Luas dari Indonesia adalah 9,8 juta km2 dan lebih dari 7,9 juta km2 berupa perairan.
Secara fisiografi, pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan terletak di paparan sunda dari lempeng Asia. Berdasar pergerakan tanah kedalaman air tidak melebihi 200 meter. Ke wilayah timur, Irian Jaya dan kepulauan Aru terletak di paparan Sahul yang merupakan bagian dari lempeng Australia. Terletak diantara dua palung tersebut yaitu kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Halmahera. Kepulauan-kepulauan ini dikelilingi oleh laut dalam yang pada beberapa daerah kedalamannya melebihi 5000 meter.
Sekitar 60 palung tersier tersebar dari Sumatera di bagian barat dan irian jaya bagian timur, Lebih jauh hanya 38 palung yang telah dieksplorasi dan dibor untuk petroleum dan 14 dari palung tersebut sekarang mengandung minyak dan gas. 73 persen dari palung tersebut terletak dari pantai ke laut, sepertiga dari mereka terletak di laut dalam dengan kedalaman melebihi 200meter.
Berdasarkan pembagian atau klasifikasi iklim yang ada di dunia ini, dapat disimpulkan bahwa iklim di Indonesia dipengaruhi oleh angin yang berhembus dari wilayah Australia dan Asia, garis khatulistiwa yang melewati di pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan juga wilayah perairan yakni pulau-pulau yang terpisahkan oleh perairan. Ketiga komponen tersebut mendukung Negara Indonesia memiliki suhu yang tinggi dan beriklim panas. Iklim panas ini menyebabkan Indonesia memiliki hutan hujan tropis yang terdapat pohon-pohon rindang, besar, hijau dan lebat. Topografi yang berbeda-beda menyebabkan keanekaragaman sumberdaya alam di Indonesia.
Berdasarkan tingkat kategori jenis, Indonesia mempunyai beberapa jenis tanah yaitu tanah humus, tanah pasir, tanah aluvial, tanah podsolik, tanah vulkanik, tanah laterit, tanah mediteran / tanah kapur, tanah gambut, tanah latosol, tanah litosol, tanah grumusol, tanah podsol, tanah andosol, tanha mediteran merah kuning, dan tanah hidromorf kelabu. Sedangkan berdasarkan soil taxonomy atau taksonomi tanah yaitu antara lain terdapat tanah entisols, tanah vertisols, oxisols, tanal ultisols, tanah inceptisols, dan tanah histosols. Persebarannya berdasarkan proses geologi serta batuan pembentuk (bahan induk) yang ada pada suatu daerah tersebut.
Wilayah perairan di Indonesia lebih besar daripada wilayah daratan. Keragaman hidrologi yang ada di Indonesia juga dipengaruhi oleh proses-proses geologi yang terjadi pada daerah tersebut. Hampir seluruh wilayah Indonesia mempunyai Daerah Aliran Sungai, dan Danau. Jumlah danau yang ada di Indonesia berjumlah sekitar 500 danau dengan luas mencapai 5.000 km2 atau sekitar 0,25 persen luas daratan. Keseluruhan danau-danau tersebut mengandung 500 km3 sumber air.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini antara lain.
1. Bagaimana kondisi umum wilayah Indonesia?
2. Bagaimana kondisi umum geologi Indonesia?
3. Bagaimana kondisi umum iklim di Indonesia?
4. Bagaimana kondisi umum tanah di Indonesia?
5. Bagaimana kondisi perairan/ hidrologi Indonesia?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan gambaran umum wilayah Indonesia.
2. Menjelaskan kondisi umum geologi Indonesia.
3. Menjelaskan kondisi iklim di Indonesia secara umum .
4. Menjelaskan kondisi tanah di Indonesia.
5. Menjelaskan kondisi perairan/ perairan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONDISI UMUM WILAYAH INDONESIA
Indonesia mempunyai letak astronomis di antara 6oLU – 11oLS dan 95oBT – 141oBT. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Dilihat dari posisi geografisnya, negara Indonesia memiliki batas-batas sebagai berikut :
Gambar : Posisi Indonesia di antara beberapa negara, laut dan samudera
• Utara : Negara Malaysia, Singapura, Filipina, Laut Cina Selatan.
• Selatan : Negara Australia, Samudera Hindia
• Barat : Samudera Hindia
• Timur : Negara Papua Nugini, Timor Leste, Samudera Pasifik
Selain letak astronomis dan geografis, apabila ditinjau dari letak Geologinya, Indonesia dilalui oleh dua jalur pegunungan muda dunia yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di sebelah timur. Adanya dua jalur pegunungan tersebut menyebabkan Indonesia banyak memiliki gunung api yang aktif dan rawan terjadinya gempa bumi.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar terdiri dari 5 pulau utama dan sekitar 300 kelompok kepulauan kecil. Jumlah keseleruhan ialah 13667 pulau-pulau dengan 6000 pulau belum terhuni. Luas dari Indonesia adalah 9,8 juta km2 dan lebih dari 7,9 juta km2 berupa perairan. Kepulauan Indonesia terletak di sebelah tenggara dari lempeng Eurasia. Dikeliingi oleh lempeng indo Australia, pantai Filipina timur, dan lempeng pasifik di sebelah barat dan selatan. Garis dari lempeng-lempeng tersebut bertubruan di sepanjang zona subduksi, pembentukan busur gunung api, formasi kompresional, dan struktur miring.
Dengan adanya lempeng-lempeng yang bertumbukan, Indonesia menjadi daerah yang berpotensi untuk memiliki gunung api. Jumlah gunung api yang ada di Indonesia adalah 129 gunung. Jumlah gunung api yang meletus dalam 400 tahun terakhir adalh 70 gunung berapi. Penyebaran Gunung api di Indonesia adalah sebagai berikut.
• Pulau Sumatera : 30 gunung api
• Pulau Jawa : 35 gunung api
• Pulau Bali dan Nusa Tenggara : 30 gunung api
• Pulau Maluku : 16 gunung api
• Pulau Sulawesi : 18 gunung api
Titik persebaran dan nama gunung dapat dilihat di gambar berikut.
Peta Persebaran Gunung Api di Indonesia
(Sumber: USGS, 1994)
2.2 KONDISI UMUM GEOLOGI INDONESIA
Kepulauan Indonesia secara geomorfologi dapat dibagi kedalam menjadi area kratogen di bagian barat dan timur dan dengan tenaga tektogen menaikkan sisa suatu wilayah (Sutarjo Sigit, 1962) bekas daerahnya dicirikan oleh pergerakan epirogenesis, permukaan planation dang dasar laut: yang kemudian adalah keadaan dari neotektonik aktif (katilli dan tjia, 1968) yang dihasilkan dalam busur-busur kepulauan dan palung laut dalam dn basin-basin (Hamilton, 1079, 1989; daly et al, 1991;Fitch,1970; Hall, 1995; Hutchison, 1989; Katili, 1991; menghasilkan CCOP-IOC SEATAR,1979; Smet, 1989) banyak data geofisikal terbaru pada evolusi tektonik di Indonesia dari hasil pemikiran Hall dan Blundell (1994), Bergman, S.C. et al (1996) dan banyak lagi lainnya.
Struktur morfologi dari sebagian besar lempeng tektonik yang ada di Indonesia terdiri dari tiga sistem lempeng utama:
1. Lempeng asia bagian tenggara (atau Sunda) yang merupakan bagian dari benua yang penting, tapi termasuk ke dalam beberapa bagian-bagian samudra yang berada di wilyah bagian timur. Selama itu, lempeng laut Sulawesi dan bagian nusa tenggara-deretan malaka selatan yang mempengaruhi Indonesia.
2. Samudra hindia-lempeng Australia menimbulkan suatu bagian pemisahan samudra di bagian barat dan menabrak bagian benua di daerah timur.
3. Lempeng barat samudra pasifik yang dasar pemisahannya di bawah benua asia, tetapi terdiri dari beberapa lempeng-lempeng yang lebih kecil. Selama itu, dari timur sampai barat lempeng caroline, lempeng laut Filipina dan bekas lempeng utara malaka yang mempengaruhi Indonesia.
Minster dan Jordan (1978) menemukan bahwa lempeng Asia bagian Tenggara bergerak 1 cm per tahun ke arah selatan dan timur, samudra hindia dan lempeng Australia mengalami pergerakan 7 cm per tahun ke arah utara dan lempeng timur pasifik bergerak 9 cm per tahun ke arah barat. Ada banyak data mengenai pergerakan lempeng yang yang telah diperoleh sejak adanya alat GPS (global positioning system) (DeMets et al, 1990; Puntodewo et al, 1994; Rangin et al, 1997; Pubellier et al, 1999; Kreemer et al, 2000)
Lempeng barat pasifik dan lempeng asia bagian tenggara sampai di bagian utara Indonesia bertemu di sistem busur lingkarang aktif Filipina dimana keduanya mengalami pemisahan. Lempeng utara malaka memisahkan mereka di bagian timur Indonesia, di sebelah utara kepulauan Sula. Bagian benua Australia bergerak ke arah utara samudra hindia-lempeng australia bertabrakan dengan lempeng barat pasifik yang bergerak pindah ke arah barat sampai irian jaya dan lebih jauh ke barat. Zona ini dinamakan “transcurrent belt” oleh penulis, yang termasuk ke dalam sistem lempeng barat pasifik. Ini dasar pemisahan, dan dengan bagian tabrakanya, busur-busur pulau yang menikung ke arah barat Sulawesi. Terdapat perubahan bentuk yang diakibatkan oleh patahan transcurrent yang mengakibatkan adanya kesulitan di wilayah makasar yng memiliki ciri zona hubungan dengan lempeng asia bagian tenggara.
Ketiga sistem lempeng bertemu di bagian timur Indonesia pada suatu triple point (jongsma et al, 1989, Ritsema, 1991) yang terletak di bagian selatan pulau irian jaya, di dekat tepian benua Australia. Keadaan struktur morfologi dengan keterangan di area tersebut. Kemunculan busur-busur pulau diakibatkan oleh gerakan tektonik lempeng dengan penikungan yang sangat kuat dan di dukung oleh adanya basin-basin dan palung di beberapa pualau yang telah berputar disekitar proses tersebut sementara yang lainnya telah mengalami perpindahan tempat kearah barat melewati considerable di sepanjang jarak patahan transcurent zona-zona besar. Vulkanisme, strato vulkanis utamanya pada tipe andesito-basaltik sirkum pasifik, yang terhubung dengan zona-zona pemisahan. Patahan, di beberapa bagian menyebabkan adanya celah erupsi, yang menyebabkan adanya kenaikan yang luas.
Kompleksitas lempeng tektonik di Indonesia terrefleksi ke dalam struktur-struktur morfologi. Sementara di bagian barat daya dan selatan, konsep konvensional pemisahan lempeng yang rapuh di sepanjang zona pendakian dari aplikasi seismisitas tinggi, keadaan yang kompleks di bagian timur bagian-bagian tengah suatu wilayah dapat dihitung hanya dengan menggunakan perkiraan, dari configurasi yang lebih elastis. Dan sesuai tempat, penurunan vertikal. Unit-unit struktur morfologi di bagian barat adalah sebagai akibat dari adanya perluasan, dan dapat dipahami dengan lebih mudah ketika dibandingkan dengan pola berbelit-belit dari unit-unit yang lebih kecil di bagian timur. Ini merupakan alasan pertahanan, oleh karena itu untuk memulai mendeskripsikan kerangka kerja struktur morfologi di bagian barat, dimana zona pemisahan dari tepian-tepian busur sunda di lempeng asia bagian tenggara. Zona ini mengarah ke timur dan hanya untuk itu kita memberi perlakuan dengan situasi kompleks dekat dengan ketiga point tadi dan bagian-bagian yang berdekatan dengan ilayah Indonesia bagian timur yang dipengaruhi oleh tabrakan antara papua new guinea dengan benua Australia dan pergerakan kearah barat oleh lempeng paifik bagian barat. Pada akhirnya akibat dari pergerakan-pergerakan kerak bumi di wilayah Sulawesi, makasar dan Indonesia bagian utara barat daya telah dibicarakan. Disertai dengan adanya sajian peta geomorfologi sebagai panduan selama penelitian.
Pemisahan bagian-bagian samudra dari samudra hindia dan lempeng Australia di pantai selatan Sumatera, dan pantai selatan Jawa dan juga pulau Nusa tenggara bagian timur mengalami regenerasi struktur morfologi utama dari Indonesia bagian selatan yang merupakan tempat terbentuknya relief tektonik, tersusun dari palung laut dalam dan busur luar non vulkan yang dipisahkan bagian dalam bumi dari busur dalm vulkanik yang berbatasan dengan geosinklinal. Hal ini merupakan pembeda yang kuat. Pada dasar perluasan permukaan yang dilevelkan dan karakteristik area pegunungan tua. Area yang berbatasan dengan bagian sebelah utara dari bagian barat : sunda itu sendiri, malaysia, dan kalimantan, proses pemisahan ini dan menunjukkan pemisahan lempeng samudra bawah ke sisi utara lempeng benua asia bagian tenggara pada sudut lebih dari 500 sehingga disebut endapan melange yang berasal dari ke dua lempeng, terbentuk sedikit demi sedikit pada zona pemisahan dan terbentuklah busur non vulkan yang kebanyakan terbentuk dari sedimen halus batuan-batuan, tetapi dengan mengubah bentuk dasar batuan dengan kuat (ophiolites. etc) juga terjadi pada zona perpotongan.
Anomali gravitasi negatif (vening meinesz,1934, 1954) tanda zona busur dalam non vulaknik dimana cahaya pada lapisan atas dari pemisahan lempeng membentuk suatu akar di dalam kulit bagian bawah yang ringan dari samping lempeng asia bagian tenggara. Lempeng yang terpisah melebur ketika mengalami kenaikan temperatur dan tekanan pada kedalaman yang hebat sehingga dapat menjadi petunjuk atau pedoman bagi kenaikan magma, itulah formasi busur vulkan. Pergerakan atau pemisahan lempeng secara terus-menerus sangat jelas berasal dari seismograph. Kedalaman episentrum meningkat berdasarkan jumlah frekuensi terjadinya gempa bumi berpengaruh terhadap lempeng kontinental di wilayah asia bagian tenggara. Sebelah utara sebagai lokasi zona pemisahan yang sesuai (ritsema dan veldkamp1968;ritsema 1954, 1957. Struktur busur ganda ini merupakan karakteristik seluruh sistem busur sunda-banda. Sebenarnya aktifitas vulkanis berubah-ubah sesuai pergerakan lempeng pada masanya. Busur non vulkan lebih jelas daripada zona-zona pemisahan lainnya (lihat juga umbgrove 1938, 1949).
Sistem busur sunda tidak selalu berada di posisi terdepan, akan tetapi berpindah-pindah dari bagian tenggara asia pada geomorfologi yang lalu (westerrveld 1941, katili 1971). Sementara itu fase awal pemisahan dianggap sesuai dengan teori undasi, oleh Bemmelen (1933-1949). Hanya daerah Sumatera dari sistem busr yang memiliki kedataran di atas ketinggian samudera. Struktur lintasan utama berada pada bagian selatan pulau yang dihubungkan dengan zona pemisahan yang lebih tua. Kemudian membatasi benua asia di kalimantan bagian timur (westervelt 1941). Bekas zona pemisahan yang lebih tua ditemukan dengan jarak yang lebih jauh yakni di daerah pedalaman dan di bagian-bagian lain dari pulau borneo. Gambar 2.3 menunjukkan posisi-posisi dari permian, cretaseus, triasic-jurasic, zona pemisahan tertiari dan juga busur-busur magma. Benua asia sedang mengalami perkembangan (waile, 1979)
Relief dihasilkan dari tahap pembangunan pegunungan tua di wilayah sunda, sejak mengalami kemiringan yang luas, dan area-area tersebut berada pada bagian bentuk utama bagian—bagian cratogen Indonesia, dimana bentuk-bentuk tanah merefleksikan adanya proses denudasional dan adanya litologi lempeng tektonik. Hanya pengaruh-pengaruh gempa tektonik zaman tertiarlah yang masih memiliki ciri-ciri geomorfologi yang jelas. Jarak pelipatan antara Meratus-Samarinda, yang meregang yang dekat dengan pantai timur kalimantan yang terhubung untuk itu dan memiliki penyeimbang yang di bagian barat laut pulau. Sebagian berada di luar pulau Kalimantan. Dataran sunda tua pada bagian tengah merupakan irisan area yang terbentuk dari kebanyakan batuan-batuan beku. Di Kalimantan selatan drainase oleh sungai kapuas merupakan daerah peneplain dengan beberapa sisa perbukitan, di bagian barat daya terdapat sisa pegunungan yang berada di daerah pedalaman. Kompleks pegunungan dengan dengan kecenderungan struktural juga terjadi, terutama pada sistem busur tua yang berada di sekeliling daerah tersebut. Bagian tua ini terpisah dari daerah tertiari oleh suatu zona sepanjang depresi intramontane. Tanah datar aluvial yang luas dan zona-zona predmont yang luas membatasi daerah di sekeliling pegunungan. Zona dengan luas seperti ini berada di bagian tenggara yang terdrainase oleh sungai barito dan kahaya. Sementara sungai mahakam yang dilewati selanjutnnya berada di arah utara, di bagian hulu daerah anteseden di wilayah samarinda (bestler 1985).
Secara umum, kerangka geomorfologi Indonesia dibentuk oleh beberapa sistem pegunungan yaitu:
1. Sistem Pegunungan Tethys
a. Busur Luar bersifat non vulkanik
b. Busur Dalam bersifat Vulkanik
c. Busur pegunungan Tertier, bersifat non vulkanik
2. Sistem Busur Tepi Asia Timur, meliputi;
a. Busur luar kalimantan, bersifat non vulkanik
b. Busur Dalam Kalimantan, bersifat non vulkanik
c. Busur Lengan Utara Sulawesi, bersifat vulkanik
d. Busur Maluku Utara, bersifat vulkanik
3. Sirkum Australis meliputi:
a. Busur Irian Utara, bersifat vulkanik
b. Busur Irian Tengah, bersifat non vulkanik
Jenis batuan yang ada di Indonesia antara lain:
1. Batuan Vulkan pasifis
Batuan ini bersifat agak asam karena banya mengandung SiO2, terdapat banyak gas dan bersifat eksplosif. Batuan ini merupakan hasil dari pengangkatan. Batuan ini sebagian besar tersebar di wilayah Sumatera.
2. Batuan Vulkan Atlantis
Batuan ini bersifat basa karena mengandung sedikit SiO2, terdapat banyak kapur, dan vulkan tidak aktif, merupakan hasil dari pengangkatan. Contoh gunung Muria.
2.3 KONDISI IKLIM INDONESIA
Iklim bisa diartikan sebagai kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang, biasanya 30 tahun yakni masa terpanjang dan terpendek adalah 10 tahun. Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi. Iklim terdiri dari beberapa unsur iklim, yaitu : radiasi, suhu(temperatur), kelembaban, tekanan, angin, presipitasi (hujan) dan sebagainya. Dalam tinjauan secara garis besar iklim diwakili oleh suhu dan hujan. Unsur-unsur lain mengakibatkan atau terpengaruh oleh kedua unsur tersebut.
Keragaman iklim dapat dibagi menjadi:
(a) keragaman menurut tempat
(b) keragaman menurut waktu.
Keragaman menurut tempat ditentukan oleh letak lintang (jauh-dekat dari peredaran matahari), ketinggian tempat, sebaran daratan dan lautan serta arah angin utama. Keragaman menurut waktu terutama ditentukan oleh pedaran bumi mengelilingi sumbunya dan bumi mengelilingi matahari.
Ada sebuah metode klasifikasi iklim berdasarkan banyaknya radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di beberapa tempat yakni iklim matahari.
Pembagian iklim matahari adalah sebagai berikut :
a. Iklim Tropik (23 1/2 0 LU - 23 1/2 0 LS)
Iklim tropik mempunyai cirri yakni suhu yang selalu tinggi sepanjang tahun, amplitudo suhu tahunan kecil. Oleh sebab itu tidak ada permusiaman berdasarkan perbedaan suhu sedangkan yang ada adalah permusiman berdasarkan curah hujan. Daerah yang beriklim tropik terdapat pertemuan angin yang berasal dari daerah lintang kuda di utara (angin pasat timur laut) dan selatan equator (angin pasat tenggara). Curah hujan sangat tinggi dengan tipe hujan konvergen dan konvektif.
b. Iklim Subtropik (23 1/2 0 LU – 400 LU dan 23 1/2 0 LS - 400 LS)
Iklim subtropik mempunyai ciri amplitudo suhu tahunan yang lebih besar daripada iklim tropik. Curah hujan sedikit karena daerah ini terjadi gerakan angin divergen pada udara permukaannya sedangkan pada udara di atasnya terjadi konvergensi anatara angin yang berasal dari kutub dengan angin yang berasal dari equator, akibatnya terjadi gerak udara menukik turun yang menyebabkan tekanan udara menjadi lebih tinggi, kondisi seperti ini menyulitkan terjadinya hujan.oleh sebab itu di daerah ini banyak gurun yang luas. Daerah subtropik ini pada musim dingin banyak hujan, sedangkan pada musim panas kering.
c. Iklim Sedang (400 LU - 66 1/2 0 LU dan 400 LS - 66 1/2 0 LS)
Iklim sedang mempunyai cirri yaitu adanya amplitude yang lebih besar daripada iklim subtropik sehingga pada daerah iklim sedang terdapat permusiman berdasarkan perbedaan suhu. Musim-musim tersebut adalah musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi. Daerah ini terjadi hujan yang cukup banyak.
d. Iklim Kutub (66 1/2 0 LU – 900 LU dan 66 1/2 0 LS - 900 LS)
Iklim kutub bercirikan suhu udara yang sangat dingin sepanjang tahun, sebab musim panas pendek dan musim dingin panjang. Daerah iklim kutub menerima radiasi matahari selama 6 bulan penuh, tetapi tidak cukup menghadirkan peningkatan suhu udara yang ekstrim, sebab jarak matahari jauh dan matahari sangat rendah. Suhu rata-rata tahunan mencapai -170 C.
Selain pembagian iklim Matahari juga terdapat pembagian Iklim fisis adalah iklim yang berdasarkan kondisi fisik atau alam yang mempengaruhi iklim di derah tertentu. Kondisi fisik yang dimaksud ialah topografi, arus laut dan jarak suatu daratan terhadap laut. Pembagian iklim fisis meliputi :
a. Iklim Laut
Daerah iklim laut meliputi derah yang dikelilingi oleh laut(berdekatan dengan laut). Ciri-ciri daerah iklim laut adalah yakni penguapan tinggi, udara selalu lembab, langit selalu tertutup awan, perbedaan suhu antara siang dan malam rendah, umumnya memiliki curah hujan yang tinggi.
b. Iklim Kontingen
Daerah iklim kontingen terletak di tengah benua, jauh dari pengaruh agnin laut. Ciri-cirinya adalah kelembapan rendah dengan perbedaan suhu antara siang dan malam sangat mencolok. Kondisi tersebut memungkinkan daerah iklim kontingen memungkinkan memiliki padang rumput dan padang pasir.
c. Iklim Ugahari dan pegunungan
Daerah iklik ini terdapat di pegunungan dan dataran tinggi. Suhu lebih rendah, tetapi intensitas insolasi lebih tinggi, curah hujan lebih tinggi terutama pada lereng hadap angin.
d. Iklim Tundra
Iklim tundra terdapat disekitar daerah kutub yakni kutub selatan dan kutub utara beserta daerah-daerah sekitarnya.
Indonesia mempunyai karakteristik khusus yakni dilihat dari posisi dan keberadaanya, sehingga mempunyai karakteristik iklim yang spesifik. Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropik (iklim panas), dan iklim laut.
a. Iklim Musim (Iklim Muson)
Iklim muson sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan. Iklim muson terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan Angin musim timur laut (Muson Tumur). Angin muson barat bertiup sekitar bulan Oktober hingga April. Musim hujan di Indonesia disebabkan oleh hembusan Angin Muson Barat yang bertiup dari Benua Asia yang bertekanan maksimum ke Benua Australia yeng bertekanan minimum. Angin Muson Barat ini banyak membawa uap air, sehingga di sebagian besar wilayah Indonesia mengalami musim hujan. Oleh karena itu musim hujan di Indonesia terjadi pada bulan Oktober sampai April.
Angin muson timur bertiup sekitar bulan April hingga bulan Oktober yang sifatnya kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim kering/kemarau. Musim kemarau di Indonesia terjadi pada bulan April sampai Oktober. Musin kemarau disebabkan oleh hembusan angin muson timur yang bertiup dari Benua Australia yang bertekanan maksi- mum ke Benua Asia yang bertekanan minimum. Hembusan angin ini sedikit membawa uap air sehingga Indonesia mengalami musim kemarau. Musim kemarau yang panjang sering merugikan penduduk, khusus nya bagi para petani dimana banyak lahan pertanian menjadi kering, ternak mati karena rumput menjadi kering. Bahkan sering terjadi kebakaran hutan terutama di Pulau Kalimantan dan Sumatera.
b. Iklim Tropis/Tropika (Iklim Panas)
Wilayah yang berada di sekitar garis khatulistiwa otomatis akan mengalami iklim tropis yang bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Umumnya wilayah Asia tenggara memiliki iklim tropis, sedangkan negara Eropa dan Amerika Utara mengalami iklim subtropis. Iklim tropis bersifat panas sehingga wilayah Indonesia panas yang mengundang banyak curah hujan atau Hujan Naik Tropika. Jadi semakin dekat dengan garis khatulistiwa, maka derahnya akan semakin panas misalnya pulau Kalimantan lebih panas dibandingkan dengan pulau Jawa.
c. Iklim Laut
Iklim Laut yakni Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut mengakibatkan penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang tinggi. Iklim laut menyebabkan daerah yang berada di sekitar laut memiliki iklim yang lebih panas daripada daerah yang jauh dari laut apalagi di pegunungan.
Penerimaan curah hujan bulanan dapat dipisahkan menjadi tiga pola penerimaan hujan yang berbeda, yakni :
A. Di sebagian besar wilayah Indonesia penerimaan hujan musim penghujan dan musim kemarau berbeda nyata. Pola demikian disebut pola monsunal.
B. Sebagian wilayah sekitar equator musim kering tidak nyata. Puncak musim hujan terjadi dua kali sekitar bulan Desember pada saat matahari berada paling selatan dan pada bulan Juni saat matahari paling utara. Tipe ini disebut tipe Equatorial.
C. Sebagian wilayah bagian utara hujan terjadi pada saat wilayah A dan B mengalami musim kemarau. Tipe ini disebut tipe lokal.
Sedangkan klasifikasi iklim menurut Junghuhn, berdasarkan ketinggian tempat, Indonesia terdapat tiga jenis zone yaitu antara lain:
a. Zone Panas
Daerah zone panas berada pada ketinggian 0 – 600 m di atas permukaan air laut(dpl). Suhu udara rata-rata di atas 22o C. Tanaman budidaya yang cocok antara lain tembakau, kelapa padi dan jagung.
b. Zone Sedang
Ketinggian antara 600-1500 m dp. Suhu udara antara 220 C - 170 C. Tanaman budidaya yang tumbuh antara lain tembakau, padi, kopi, teh, coklat dan sayur-sayuran.
c. Zone Sejuk
Ketinggian antara 1500-2000 m dpl. Suhu udara antara 170 C - 110 C. Tanaman budidaya yang tumbuh antara lain kina, kopi, teh, sayur-sayuran, dan pinus.
d. Zone Dingin
Ketinggian 2500 m dpl. Suhu udara di bawah 110 C. dan tidak ada tanaman budidaya yang tumbuh.
Menurut Koppen di Indonesia terdapat tipe-tipe iklim Af, Aw, Am, C, dan D. Af dan Am=terdapat di daerah Indonesia bagian barat, tengah, dan utara, seperti Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Utara. Af mencirikan bahwa daerah tersebut beriklim basah tropis dengan curah hujan pada bulan paling kering kurang dari atau sama dengan 60mm (2,4inch). Iklim ini terdapat variasi musiman suhu minimum dan hujan yang tetap tinggi sepanjang tahun. Tipe iklim Aw terdapat di Indonesia yang letaknya dekat dengan benua Australia seperti daerah-daerah di Nusa Tenggara, Kepulauan Aru, dan Irian Jaya pantai selatan. Tipe iklim Aw menunjukkan bahwa daerah tersebut mempunyai iklim tropis, basah dan kering, serta mempunyai musim kering yang jelas dalam periode dingin. Irama curah hujan musiman yang jelas, sekurang-kurangnya satu bulan kurang dari 60mm (2,4inch). Tipe iklim C terdapat di hutan-hutan daerah pegunungan. Dan tipe iklim D terdapat di pegunungan salju Irian Jaya. Tipe iklim D merupakan kelompok iklim hutan bersalju dingin, rata-rata suhu bulan terdingin kurang dari -30C dan rata-rata suhu bulan terpanas lebih dari 100C. Iklim D ditandai oleh tanah yang beku serta penutupan salju selama beberapa bulan.
Iklim Indonesia dicirikan oleh Zona konvergensi antartropik (Intertropical convergence zone=ITCZ) merupakan daerah pusat pembentukan awan dan hujan, sistem sirkulasi muson dengan musim hujan dan kemarau yang nyata, dan dipengaruhi oleh sirkulasi udara meridional (Siklus Hadley) dan sirkulasi zonal (Siklus Walker) dengan variasi tahunan yang menghasilkan penyimpangan iklim El Nino dan La Nina (ENSO phenomena di Lautan Pasifik) Setiap 3 sampai 5 tahun sekali. Setelah El Nino terjadi biasanya diikuti oleh La Nina yang berakibat musim hujan yang lebat dan lebih panjang dari biasanya. Kekuatan El Nino berbeda-beda tergantung dari berbagai macam faktor, antara lain indeks Osilasi selatan atau Southern Oscillation.
Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) merupakan daerah dengan pusat tekanan rendah karena proses pemanasan permukaan bumi yang intensif oleh radiasi surya. ITCZ bergerak mengikuti gerakan matahari (23.5oLU – 23.5oLS sudut deklinasi surya) dengan time-lag + 1 bulan. Posisi ITCZ tidak lurus sejajar lintang dibumi, ditentukan oleh posisi matahari dan keadaan permukaan bumi (daratan, lautan, pegunungan).
Gambar Posisi ITCZ bulan Januari dan Juli
Januari - Indonesia hujan, Thailand kemarau
Juli - Indonesia kemarau, Thailand hujan
Musim hujan di Indonesia tergantung posisi ITCZ.
Indonesia memiliki curah hujan relatif berlimpah mengikuti gerakan ITCZ. Curah hujan terbentuk akibat terjadi konvergensi massa udara yang diikuti dengan gerakan udara ke atas pembentukan awan. Udara lembab naik ke atas kemudian terjadi proses pendinginan dan terkondensasi pada titik embun kemudian menjadi awan. Musim hujan dipengaruhi posisi ITCZ dengan posisi geografisnya menghasilkan tiga tipe hujan dominan. Curah hujan di Indonesia rata-rata 1.600 milimeter setahun, namun juga sangat bervariasi; dari lebih dari 7000 milimeter setahun sampai sekitar 500 milimeter setahun di daerah Palu dan Timor. Daerah yang curah hujannya rata-rata tinggi sepanjang tahun adalah Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, sebagian Jawa barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Maluku Utara dan delta Mamberamo di Irian.
Pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak geografis. Secara rinci pola umum hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:
Pantai sebelah barat setiap pulaumemperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak daripada pantai sebelah timur.
Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah Jawa Barat.
Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan terbanyak umumnya berada pada ketinggian antara 600 - 900 m di atas permukaan laut.
Di daerah pedalaman, di semua pulaumusim hujan jatuh padamusimpancaroba. Demikian juga halnya di daerahdaerah rawa yang besar.
Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT (Daerah Konvergensi Antar Tropik).
Pola umum curah hujan di Inonesia yaitu pada saat mulai turunnya hujan bergeser dari barat ke timur seperti:
1. Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan terbanyak pada bulan November.
2. Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada bulan Desember.
3. Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari - Februari.
4. Di Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah, musim hujannya berbeda, yaitu bulan Mei-Juni. Pada saat itu, daerah lain sedang mengalami musim kering. Batas daerah hujan Indonesia barat dan timur terletak pada kira-kira 120o Bujur Timur.
Berikut ini adalah tipe-tipe sebaran hujan di Indonesia
Curah hujan Tipe Equatorial mempunyai ciri-ciri yaitu curah hujan tinggi dan hampir merata sepanjang tahun, sangat cocok untuk tanaman yang sensitif terhadap kekurangan air, misalnya karet, kelapa sawit. Pada kelapa sawit, kekurangan air akan dirasakan stlh 1 – 2 tahun kemudian.
Panjang hari tidak terlalu bervariasi (11-12 jam) dibandingkan lintang tinggi (daerah temperate) yang dapat mencapai 6 atau 18 jam. Kondisi ekstrim di kutub, mengalami 6 bulan siang dan 6 bulan malam (panjang hari 24 dan 0jam). Panjang hari menentukan perubahan fase-fase perkembangan tanaman melalui respon fotoperiodisme untuk Tanaman Hari Panjang dan Tanaman Hari Pendek.
Iklim sangat berpengaruh pada kehidupan sehari-hari manusia. Rata-rata suhu tahunan/suhu musim panas/suhu musim dingin mempengaruhi aktivitas seperti:
a. a. Pertanian dengan suhu 27° C cocok untuk tanaman padi /getah /kelapa sawit, suhu 18° C pada musim panas cocok ditanami gandum
b. Perikanan dengan suhu 27° menyebabkan air hangat sehingga cocok untuk pertumbuhan plankton yaitu makanan ikan
c. Pemburuan binatang dengan suhu musim dingin bawah 0° C menyebabkan bulu binatang tebal
d. Pariwista dengan suhu 27° menarik wisatawan negara-negara berikilm sejuk untuk menikmati 'sun bath' hal ini mempengaruhi pertumbuhan batu karang.
e. Penebangan karena hutan menghasilkan Hutan Monsun Tropika yakni berupa pohon jati atau iklim khatulistiwa yang menghasilkan Hutan Hujan Tropika yang kaya dengan pohon meranti dan lain sebagainya.
Selain iklim angin pada musim panas yang ada di Indonesia juga mempengaruhi aktivitas manusia seperti berikut:
a. Angin Monsun Barat Daya mengakibatkan hujan lebat (2030 mm), cocok untuk pertanian padi, kelapa sawit, dan getah
b. Angin Cinuk di Timur B. Rocky mencairkan salju dan memecahkan fros menyebabkan tanah menjadi subur sehingga sesuai untuk pertumbuhan rumput untuk peternakan sapi dan untuk pertanian cocok untuk penanaman gandum
c. Pertemuan arus panas dan arus dingin menyebabkan air laut hangat sehingga cocok untuk pertumbuhan plankton (makanan ikan) dan hal ini Menggalakkan aktivitas perikanan.
Dampak perubahan iklim di indonesia juga membawa beberapa pengaruh dalam beberapa hal, yaitu antara lain.
a. Sumber dan manejemen air tawar : di daerah subtropis dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang sebanyak 10-30 % sehingga daerah-daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan dan akan semakin parah kondisinya.
b. Ekosistem : kemungkinan punahnya 20-30 % spesies tanaman dan hewan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global sebesar 1,50 C-2,50C. Meningkatnya tingkat keasaman laut karena bertambahnya karbondioksida di atmosfer akan berdampak negatif pada organisme-organisme laut seperti terumbu karang serta spesies-spesies yang hidupnya bergantung pada organisme tersebut.
c. Pangan dan hasil hutan : produktifitas pertanian di daerah tropis akan mengalami penurunan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global antara 10 C-20 C sehingga meningkatkan resiko bencana kelaparan. Meningkatnya frekuensi kekeringan dan banjir berdampak negatif kepada penyebaran dan reproduksi ikan.
d. Pesisir dan dataran rendah : daerah pantai akan semakin rentan terhadap erosi dan naiknya permukaan air laut. Pada tahun 2080, jutaan orang akan terkena banjir setiap tahun karena naiknya permukaan air laut.
e. Industri, pemukiman dan masyarakat : yang paling rentan umumnya berada di daerah pesisir dan bantaran sungai.
f. Kesehatan : penduduk dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta pola berubahnya distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai serangga dan hewan.
2.4 KONDISI TANAH INDONESIA
Tanah adalah lapisan terluar dari kontinen yang relatif tidak padu sebagai akibat pelapukan batuan induk dibawah kondisi iklim dan topografi tertentu yang mempunyai sifat dan ciri tertentu serta merupakan akibat kehidupan flora dan fauna yang persebarannya mengikuti zone-zone geografi. Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah yang berbeda-beda. Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis tanah yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan tingkat kategori jenis (Soil Group).
1. Tanah Humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat. Sifat tanah ini sangat subur dan persebarannya berada di kawasan hutan Indonesia.
2. Tanah Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari pelapukan batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil. Tanah pasir di Indonesia terdapat pada pantai barat Sumatra Barat, Jawa Timur, Sulawesi dan Jogjakarta.
3. Tanah Alluvial / Tanah Endapan
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan. Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian. Persebarannya terdapat pada Sumatera bagian timur, Jawa bagian utara, dan Kalimantan bagian selatan.
4. Tanah Podzolik
Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, teksturnya lempung hingga berpasir berwarna merah dan kering. Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi ( 2500mm – 3000mm pertahun) dan bersuhu rendah / dingin. Tanah ini bersifat basah jika terkena air dan persebarannya terdapat di kawasan pegunungan di Nusa Tenggara.
5. Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi
Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan materi letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi. Persebaran tanah vulkanik terdapat pada sumatra, Jawa, Bali dan wilayah yang memiliki gunung berapi.
6. Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Tanah ini banyak mengandung besi dan aluminium. Contoh tanah ini terdapat pada Kalimantan Barat, Jakarta, Pacitan, Banten dan Lampung.
7. Tanah Mediteran / Tanah Kapur
Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur. Tanah ini cocok untuk tanaman jati. Daerah yang mempunyai jenis tanah ini ialah Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
8. Tanah Gambut / Tanah Organosol
Tanah jenis ini berasal dari bahan induk organik dari hutan rawa, mempunyai ciri warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat sampai dengan agak lekat, dan kandungan unsur hara rendah. Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam karena derajat keasaman tinggi yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Tanah ini terdapat pada derah beriklim basah dengan curah hujan lebih dari 2500mm pertahun contohnya pada daerah rawa Kalimantan, Papua dan daerah pasang surut Sumatera.
Berdasarkan penyebaran topografinya, tanah gambut dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Gambut ombrogen: terletak di dataran pantai berawa, mempunyai ketebalan 0.5 – 16 meter, terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa, hampir selalu tergenang air, bersifat sangat asam. Contoh penyebarannya di daerah dataran pantai Sumatra, Kalimantan dan Irian Jaya (Papua);
b. Gambut topogen: terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawa-rawa di daerah dataran rendah dengan di pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan rawa, ketebalan 0.5 – 6 meter, bersifat agak asam, kandungan unsur hara relatif lebih tinggi. Contoh penyebarannya di Rawa Pening (Jawa Tengah), Rawa Lakbok (Ciamis, Jawa Barat), dan Segara Anakan (Cilacap, Jawa Tengah); dan
c. Gambut pegunungan: terbentuk di daerah topografi pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan yang hidupnya di daerah sedang (vegetasi spagnum). Contoh penyebarannya di Dataran Tinggi Dieng.
Berdasarkan susunan kimianya tanah gambut dibedakan menjadi:
a. gambut eutrop, bersifat agak asam, kandungan O2 serta unsur haranya lebih tinggi;
b. gambut oligotrop, sangat asam, miskin O2 , miskin unsur hara, biasanya selalu tergenang air; dan
c. mesotrop, peralihan antara eutrop dan oligotrop.
9. Tanah Regosol
Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Penyebaran terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
10. Tanah Litosol
Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia.
11. Tanah Latosol
Latosol tersebar di daerah beriklim basah dengan curah hujan lebih dari 3000mm pertahun, dan ketinggian tempat berkisar 300-1000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api kemudian mengalami proses pelapukan lanjut.
12. Tanah Grumusol
Jenis tanah ini berasal dari batu kapur, batuan lempung tersebar di daerah iklim sub humid atau subarid dan curah hujan kurang dari 2500mm pertahun.
13. Tanah Podsol
Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di daerah iklim basah, topografi pegunungan, misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Papua barat. Kesuburan tanah rendah.
14. Tanah Andosol
Tanah jenis ini berasal dari bahan induk abu vulkan. Penyebaran di daerah iklim sedangdengan curah hujan di atas 2500mm pertahun tanpa bulan kering. Umumnya dijumpai di daerah lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian diatas 800 meter. Warna tanah jenis ini umumnya coklat, abu-abu hingga hitam.
15. Tanah Mediteran Merah-Kuning
Tanah jenis ini berasal dari batuan kapur keras (limestone). Penyebaran di daerah beriklim subhumid, topografi karst dan lereng vulkan dengan ketinggian dibawah 400 meter. Warna tanah coklat hingga merah. Khusus tanah mediteran merah kuning di daerah topografi karst disebut “Terra Rossa”
16. Tanah Hidromorf Kelabu
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor okal yaitu topografi yang berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, warna kelabu hingga kekuningan, tekstur geluh hingga lempung, struktur berlumpur hingga masif, konsistensi lekat, bersifat asam (pH 4.5 – 6.0), kandungan bahan organik. Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei kontinu yang berwarna kelabu pucat pada kedalaman kurang dari 0.5 meter akibat dari profil tanah selalu jenuh air.
Berdasarkan soil taxonomy atau taksonomi tanah, jenis-jenis tanah yang ada di indonesia antara lain:
1. Entisol
Ciri-ciri :
A. Tanah yang baru berkembang
B. Belum ada perkembangan horison tanah
C. Meliputi tanah-tanah yang berada di atas batuan induk
D. Termasuk tanah yang berkembang dari bahan baru
Mencakup kelompok tanah alluvial, regosol dan litosol dalam klasifikasi dudal-supratohardjo. Tipe ini di sepanjang aliran besar merupakan campuran mengandung banyak hara tanaman sehingga dianggap subur. Tanah Entisol di Indonesia umumnya memberi hasil produksi padi (misalnya : Kerawang, Indramayu, delta Brantas), palawija, tebu (Surabaya). Entisol yang berasal dari abu-volkanik hasil erupsi yang dikeluarkan gunung-gunung berapi berupa debu, pasir, kerikil, batu bom dan lapili. Selain itu berasal dari gunduk pasir yang terjadi di sepanjang pantai, misalnya diantara Cilacap dan Parangtritis (selatan Yogyakarta), dan Kerawang.
2. Inceptisol
Ciri2 :
A. Ada horizon kambik , dimana terdapat horizon penumpukan liat <20% dari horizon diatasnya.
B. Tanah yang mulai berkembang tetapi belum matang yang ditandai oleh perkembangan profil yang lebih lemah.
C. Mencakup tanah sulfat masam (Sulfaquept) yang mengandung horison sulfurik yang sangat masam, tanah sawah(aquept) dan tanah latosol
Daerah penyebaran tanah jenis ini: Sumatera, Jawa, Kalimantan. Sebagain besar tanah ini ditanami palawija (jawa) dan hutan/semak belukar (sumatera dan Kalimantan)
3. Ultisol
Ciri-ciri :
A. Kandungan bahan organik, kenjenuhan basa dan pH rendah (pH 4,2-4,8).
B. Terjadi proses podsolisasi: proses pecucian bahan organik dan seskuioksida dimana terjadi penimbunan Fe dan Al dan Si tercui.
C. Bahan induk seringkali berbecak kuning, merah dan kelabu tak begitu dalam tersusun atas batuan bersilika, batu lapis, batu pasir, dan batu liat.
D. Terbentuk dalam daerah iklim seperti Latosol, perbedaan karena bahan induk : Latosol terutama berasal dari batuan volkanik basa dan intermediate, sedang tanah Ultisol berasal dari batuan beku dan tuff.
Tanah yang paling luas penyebarannya di Indonesia: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan sebagian Jawa . sebaiknya tanah ini dihutankan atau untuk perkebunan seperti : kelapa sawit, karet dan nanas.
4. Oxisol
Ciri-ciri :
A. solum yang dangkal, kurang dari 1 meter
B. kaya akan seskuioksida yang telah mengalami pelapukan lanjut
C. adanya horizon oksik pada kedalaman kurang dari 1,5 m
D. susunan horison A, B, dan C dengan horizon B spesifik berwarna merah kuning sampai kuning coklat dan bertekstur paling halus liat
E. mengandung konkresi Fe/Mn lapisan kuarsa.
Banyak digunakan untuk perladangan, pertanian subsisten pengembalaan dengan intensitas rendah, dan perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang dan kopi.
5. Vertisol
Ciri-ciri :
A. Tanpa horizon eluviasi dan iluviasi
B. Koefisien mengembang dan mengerut tinggi jika dirubah kadar airnya
C. Bahan induk basaltic atau berkapur
D. Mikroreliefnya gilgei
E. Konsistensi luar biasa plastis
Di Indonesia jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 meter di atas muka laut dengan topografi agak bergelombang sampai berbukit, temperatur tahunan rata-rata 25oC dengan curah hujan kurang dari 2500 mm dan pergantian musim hujan dan kemarau nyata.Kandungan bahan organik umumnya antara 1,5-4%. Warna tanah dipengaruhi oleh jumlah humus dan kadar kapur. Di pulau jawa banyak digunakan untuk lahan pertanian padi sawah.
6. Histosol /gambut
Ciri-ciri :
A. Memiliki epipedon histik, yaitu epipedon yang mengandung bahan organik sedemikian banyaknya, sehingga tidak mengalami perkembangan profil ke arah terbentuknya horison-horison yang berbeda.
B. Warna coklat kelam sampai hitam, berkadar air tinggi dan bereaksi asam (pH3-5) Gambut ombrogen meliputi hampir seperlima Sumatra, meluas sepanjang pantai Malaya, Kalimantan, dan pantai selatan Irian Jaya. Gambut ombrogen juga terdapat di Bangka Selatan, dimana pasir putih bumi mengendap sebelum mencapai laut membentuk berselang berselang-seling daerah deperesi bekas cabang sungai yang di tumbuhi flora khusus. Gambut topogen terbentuk dalam topografik di rawa-rawa baik di dataran rendah maupun di pegunungan tinggi. Gambut ini meluas di Rawa Lakbok, Pangandaran, Rawa Pening, Jatiroto, Tanah Payau, di Deli (Sumatra) dan danau-danau di Kalimantan Selatan.
Gambut Pangandaran, sebelah selatan Rawa Lakbok juga bersifat eutrof dan topogen.
2.5 KONDISI UMUM HIDROLOGI INDONESIA
Kondisi hidrologi Indonesia dapat dicirikan dari persebaran dari danau, Daerah Aliran Sungai dan Air tanah yang ada di Indonesia.
Berdasarkan pada proses terjadinya, Jenis-Jenis / Macam-Macam Danau yang ada di Indonesia :
1. Danau Buatan / Waduk
Danau buatan adalah danau yang secara sengaja dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan air pertanian, perikanan darat, air minum, dan lain sebagainya. Contoh : Waduk Jatiluhur di Jawa Barat.
2. Danau Karst
Danau karts adalah danau yang berada di daerah berkapur di mana yang berukuran kecil disebut doline dan yang besar dinamakan uvala. Contoh : danau atau telaga di pegunungan seribu, DI Yogyakarta.
3. Danau Tektonik
Danau tektonik adalah danau yang terjadi akibat adanya aktivitas / peristiwa tektonik yang mengakibatkan permukaan tanah pada lapisan kulit bumi turun ke bawah membentuk cekung dan akhirnya terisi air. Contoh yakni : Danau Toba di Sumatera Utara, Danau singkarak, Danau Kerinci, Danau Poso dan Danau towutti.
4. Danau Vulkanik / Danau Kawah
Danau vulkanik adalah danau yang terbentuk pada bekas kawah gunung berapi. Contoh yaitu : Danau Batur di Bali, Danau Kelud yang merupakan kawah gunung kelud, Danau Segara Anakan yang merupakan kawah gunung Rinjani, Danau Telaga di Pegunungan Dieng.
5. Danau Bendungan Alami
Danau bendungan alami terbentuk karena adanya longsoran dari tebing, sehingga menutupi aliran sungai. Contoh ; Danau pengilon di Dieng dan telaga Sarangan di perbatasan Jawa Tengah dan jawa Timur.
Ciri hidrologi selanjutnya ialah sungai. Sungai adalah sistem aliran yang terdapat di permukaan bumi. Sungai adalah air yang mengalir melewati aliran-aliran yang ada dipermukaan bumi. Sungai-sungai yang ada di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Berdasarkan sifat khas yang dimiliki :
1. Sungai Permanen :sungai yang mengalir sepanjang tahun, karena pasokan air konstan atau terletak di bawah ground water, sumber airnya adalah berasal dari curah hujan, curah salju atau mata air. Contoh sungai permanen adalah sungai Kapuas, Mahakam, dan Musi.
2. Sungai Intermitten : sungai yang mengalir secara periodik. Ada dua macam sungai intermitten berdasarkan sumber air yaitu Spring Fed Intermitten river yakni alirannya berkaitan dengan permukan air tanah. Apabila ketinggian permukaan air tanah berada di atas permukaan air sungai maka terjadi aliran sebaliknya apabila ketinggian permukaan air tanah berada dibawah permukaan air sungai maka tidak ada aliran. Yang kedua adalah Surface Fed Intermitten river yakni pasokan air dari curah hujan atau efisiensi yang mencair, contohnya adalah sungai Opak Jawa Tengah. Sungai ini akan ada aliran apabila ada pasokan air dan sebaliknya apabila tidak ada pasokan air maka tidak aka nada aliran sungai.
3. Sungai Epherical (Ephemeral) yakni sungai yang akan mengalir apabila ada respon dari air hujan.
Berdasarkan genetik:
Bentuk asal DAS (Daerah Aliran Sungai)
1. Sungai Konsekuen yakni sungai yang mengalir sesuai posisi lereng asli (sebelum tererosi)
2. Sungai Subsekuen yakni sungai yang mengalir searah formasi daerah (strike)atau tegak lurus dengan sungai konsekuen
3. Sungai Obsekuen yakni sungai yang arah alirannya sama dengan lereng formasi (dip), setelah permukaan DAS tererosi hebat
4. Sungai Resekuen yakni sungai yang arah alirannya sama dengan lereng formasi (dip) setelah permukaan DAS tererosi hebat (searah dengan sungai konsekuen)
5. Sungai Insekuen yakni sungai yang mempunyai cabang (tributary streams) yang banyak
Formasi Geologi DAS :
1. Sungai Antecedent yakni sungai yang dapat mempertahankan aliran setelah terangkat. Sungai ini terdapat di daerah berbatuan lunak seperti gamping atau clay
2. Sungai Superimposed (Super Posed) yakni sungai yang terdapat di daerah dataran nyaris (peneplain) yang tertutup sedimen tebal kemudian tererosi, batuan tersisa berbentuk dinding terjal yang tidak resisten hilang berupa dataran nyaris. Sungai di daerah ini menerobos dinding terjal di dataran nyaris.
3. Sungai Anaclinal yakni sungai attendance yang terangkat miring dengan arah kebalikan dari arah aliran.
4. Sungai Reverse adalah sungai yang tidak dapat mempertahankan aliran setelah terngkat miring.
5. Sungai Resureted yakni sungai yang untuk sementara tidak dapat mempertahankan aliran karena penenggelaman, kemudian sungai tertutup sedimen apabila pada tempat yang sama terangkat dapat mengalir sesuai semula.
6. Sungai Compound yakni sungai yang mengalir di DAS dengan umur/stadia geomorfologi yang berbeda-beda misalnya pegunungan lipatan muda, dewasa, tua, pegunungan, patahan tua dan dataran dewasa. Contoh Sungai Compound adalah sungai Bengawan Solo.
7. Sungai Composite yakni sungai yang mengalir di DAS dengan struktur geologi yang berbeda-beda misalnya volkan, pegunungan lipatan dan pegunungan patahan yakni Sungai Brantas.
Gambar di bawah ini merupakan peta persebaran DAS yang ada di Indonesia. Simbol titik merah menandakan titik keberadaan dari DAS tersebut. DAS yang terdapat pada peta tersebut merupakan DAS yang berukuran cukup besar yang ada di Indonesia.
Ciri hidrologi yang ketiga ialah air tanah, air tanah berkaitan erat dengan daya resap tanah dan kharakteristik tanah yang ada pada suatu wilayah. Tanah dewasa tersusun atas beberapa lapisan atau horizon. Secara garis besar macam-macam horizon terdiri dari :
Horison O adalah lapisan tanah paling atas yang banyak mengandung bahan organik dan ditempati akar tumbuhan.
Horison A (top soil) adalah lapisan tanah mineral bagian atas yang merupakan horiso aluviasi (pencucian) dan horison ini ditempati akar tumbuhan.
Horison B (sub soil) adalah lapisan tanah yang terletak di bawah horison A yang merupakan tempat akumulasi bahan-bahan koloidal. Ketebalannyan sangat menentukan besarnya infiltrasi.
Horison C dibawah lapisan horison B yang tersusun atas bahan induk
Horison R (bed rock) dibawah horison C tersusun atas batuan induk yang tidak tembus air.
Kemampuan mengandung air dari setiap lapisan atau horison tanah sangat menentukan besar kecilnya infiltrasi. Pengatusan kapasitas penampungan merupakan besarnya air yang terinfiltrasi ke dalam tanah tergantung pada porositas tanah.
Distribusi vertikal air tanah secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
Zone tidak jenuh (zone of aerotian) merupakan lapisan tanah yang tidak seluruh pori-porinya terisi oleh air, tetapi sebagian pori-pori terisi air dan sebagian terisi udara.
Zone jenuh (zone of saturation) merupakan suatu lapisan tanah yang seluruh pori-porinya terisi oleh air, yang disebut air tanah (ground water) kedua zone ini dibatasi oleh muka preatik (water table), yaitu suatu permukaan air yang memiliki tekanan sama dengan tekanan satu atmosfer. Kedudukan water table selalu berubah-ubah mengikuti kondisi musim. Batuan dalam hubungannya dengan keterdapatan air tanah, maka terdapat 3 macam jenis batuan:
1. Akifer (aquifer) adalah suatu lapisan batuan yang mempunyai struktur yang memungkinkan air dapat bergerak melaluinya. Dapat disebut akifer apabila bersifat permeabel dan dapat menampung serta dilalui oleh air yakni tanah pasir.
2. Akiklud: lapisan batuan kedap air, yang dapat menampung air, akan tetapi tidak dapat berfungsi sebagai media tempat lewatnya sejumlah air yakni tanah liat (lempung) yang memiliki porositas sangat besar (45-55 %) tetapi permeabilitasnya sangat kecil.
3. Aquifuge (akifuk) lapisan batuan yang tidak dapat mengandung air sama sekali yakni andesit, basalt, granit, dan sebagainya.
Tingkat ketersediaan air tanah di suatu tempat ditentukan berdasarkan tanah sedalam jelejah akar tanaman, yaitu antara 0% (pada titik layu permanen) dan 100% (pada kapasitas lapang), dengan asumsi bahwa di tempat tersebut merupakan lahan tadah hujan (tidak ada irigasi). Tingkat ketersediaan air tanah dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
• Cukup : Kadar air sedalam jelajah akar tanaman >60%
• Sedang : Kadar air sedalam jelajah akar tanaman 40% - 60%
• Kurang : Kadar air sedalam jelajah akar tanaman <40%
Gambar di bawah ini merupakan gambar persebaran air tanah yang ada di Indonesia. Berdasarkan gambar di bawah ini dapat diketahui bahwa persebaran potensi air tanah di Indonesia tidak merata. Pada pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Irian Jaya terdapat cadangan potensi air tanah yang cukup, sedangkan pada daerah kepulauan Nusa Tenggara dan maluku, cadangan air tanahnya kurang. Namun, berdasarkan data dari BMKG menyebutkan bahwa ketersediaan air tanah yang ada di Indonesia masih mencukupi. (gambar kedua di bawah ini)
Peta persebaran air tanah
Meskipun saat ini ketersediaan air tanah masih mencukupi, namun tetap harus hemat dan efisien dalam penggunaan sumberdaya air tanah karena pada beberapa daerah air tanah telah mengalami penurunan jumlah serta mengalami kerusakan yang diakibatkan karena konsumsi air tanh secara terus menerus dan intrusi air laut. Hal ini dapat dilihat pada kota-kota besar misalnya Jakarta.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar terdiri dari 5 pulau utama dan sekitar 300 kelompok kepulauan kecil. Jumlah keseleruhan ialah 13667 pulau-pulau dengan 6000 pulau belum terhuni. Luas dari Indonesia adalah 9,8 juta km2 dan lebih dari 7,9 juta km2 berupa perairan. Kepulauan Indonesia terletak di sebelah tenggara dari lempeng Eurasia. Dikeliingi oleh lempeng indo Australia, pantai Filipina timur, dan lempeng pasifik di sebelah barat dan selatan. Garis dari lempeng-lempeng tersebut bertubruan di sepanjang zona subduksi, pembentukan busur gunung api, formasi kompresional, dan struktur miring.
Iklim di Indonesia berdasarkan pembagian iklim dunia termasuk pada daerah panas dan tropis. Dengan adanya iklim tersebut, aktivitas manusia yang ada di Indonesia juga menyesuaikan dengan iklim yang ada di daerah atau wilayahnya. Ciri hidrologi di Indonesia ditunjukkan dengan adanya persebaran danau, sungai dan air tanah. Secara umum ketiga ciri tersebut menyebar secara menyeluruh di setiap pulau di Indonesia, namun kadarnya berbeda tergantung pada kharakteristik dari wilayah tersebut.
Berdasarkan tingkat kategori jenis, Indonesia mempunyai beberapa jenis tanah yaitu tanah humus, tanah pasir, tanah aluvial, tanah podsolik, tanah vulkanik, tanah laterit, tanah mediteran / tanah kapur, tanah gambut, tanah latosol, tanah litosol, tanah grumusol, tanah podsol, tanah andosol, tanha mediteran merah kuning, dan tanah hidromorf kelabu. Sedangkan berdasarkan soil taxonomy atau taksonomi tanah yaitu antara lain terdapat tanah entisols, tanah vertisols, oxisols, tanal ultisols, tanah inceptisols, dan tanah histosols. Persebarannya berdasarkan proses geologi serta batuan pembentuk (bahan induk) yang ada pada suatu daerah tersebut.
3.2 SARAN
Dengan adanya kondisi yang berbeda-beda dari setiap wilayah yang ada di Indonesia, maka perlakuan yang ada pada setiap wilayah harus disesuaikan dengan kondisi yang ada agar tidak merusak lingkungan yang ada. Dari penjelasan makalah ini diharapkan ada penelitian-penelitian secara terperinci pada setiap daerah agar masyarakat indonesia dapat mengelola daerah dan wilayahnya dengan baik dan benar tanpa merusak lingkungan.
DAFTAR RUJUKAN
Anjayani, Eni, Tri Hariyanto. 2009. Geografi Untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Utomo, Dwiyono Hari,S.Pd, M.Si. 2009. Meteorologi/klimatologi dalam studi Geografi. Malang:
Herlambang, Sudarno Drs. M.Si. 2009. Dasar-Dasar Geomorfologi Indonesia. Malang : Universitas Negeri Malang.
Herlambang, Sudarno Drs. M.Si. 2009. Bahan Ajar Dasar-Dasar Geomorfologi. Malang : Universitas Negeri Malang.
Taryana, Didik Drs, Yusuf Suharto. 1991. Ilmu Tanah. Malang : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.
Utaya, Sugeng Dr. M.Si. 2009. Pengantar Hidrologi. Malang : Universitas Negeri Malang.
Verstappen, Th. Herman. Tanpa tahun. Outline of the geomorphology of Indonesia. Tanpa tempat: tanpa penerbit.