Senin, 20 Desember 2010

Analisis Iklim Kecamatan tarik Kabupaten Sidoarjo

Iklim adalah sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate Conference, 1979). Ahli lain menyebutkan bahwa iklim merupakan konsep abstrak yang menyatakan kebiasaan cuaca dan unsur-unsur atmosfer disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Glenn T. Trewartha, 1980). Ada pula yang menyebutkan bahwa iklim adalah peluang statistik berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan, angin kelembaban, yang terjadi disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Gibbs,1987).
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi keadaan cuaca dan iklim suatu daerah atau wilayah, yaitu: suhu atau temperatur udara, tekanan udara, angin, kelembaban udara, dan curah hujan. Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan (presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut (Lakitan, 2002).
Thornthwaite (1933) dalam Tjasyono (2004) menyatakan bahwa tujuan klasifikasi iklim adalah menetapkan pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif terutama presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus. Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, oleh sebab itu pengklasifikasian iklim di Indonesia sering ditekankan pada pemanfaatannya dalam kegiatan budidaya pertanian. Pada daerah tropik suhu udara jarang menjadi faktor pembatas kegiatan produksi pertanian, sedangkan ketersediaan air merupakan faktor yang paling menentukan dalam kegiatan budidaya pertanian khususnya budidaya padi.
Variasi suhu di kepulauan Indonesia tergantung pada ketinggian tempat (altitude/elevasi), suhu udara akan semakin rendah seiring dengan semakin tingginya ketinggian tempat dari permukaan laut. Suhu menurun sekitar 0.6 oC setiap 100 meter kenaikan ketinggian tempat. Keberadaan lautan disekitar kepulauan Indonesia ikut berperan dalam menekan gejolak perubahan suhu udara yang mungkin timbul (Lakitan, 2002). Menurut Hidayati (2001) karena Indonesia berada di wilayah tropis maka selisih suhu siang dan suhu malam hari lebih besar dari pada selisih suhu musiman (antara musim kemarau dan musim hujan), sedangkan di daerah sub tropis hingga kutub selisih suhu musim panas dan musim dingin lebih besar dari pada suhu harian. Kadaan suhu yang demikian tersebut membuat para ahli membagi klasifikasi suhu di Indonesia berdasarkan ketinggian tempat.
Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum, oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama (Lakitan, 2002). Tjasyono (2004) mengungkapkan bahwa dengan adanya hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim.
Beberapa sistem klasifikasi iklim yang sampai sekarang masih digunakan dan pernah digunakan di Indonesia antara lain adalah:
a. Iklim Junghuhn
Junghuhn melakukan klasifikasi iklim di Indonesia berdasarkan ketinggian tempat dihibungkan dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan. Junghuhn membagi iklim menjadi empat zone/daerah iklim, yaitu:
1. Zone Panas, daerah yang berada pada ketinggian 0 – 600 m dpl. Suhu udara rata-rat di atas 220C. Tanaman budidaya yang cocok antara lain tembakau, kelapa, padi, jagung.
2. Zone Sedang, ketinggian antara 600 – 1500 m dpl. Suhu udara antara 220C – 170C. Tanaman budidaya yang tumbuh antara lain tembakau, padi, kopi, the, coklat, sayur-sayuran.
3. Zone Sejuk, ketinggian antara 1500-2500 m dpl. Suhu udara antara 170 – 110C. Tanaman budidaya yang tumbuh antara lain kina, kopi, the, sayur-sayuran, pinus.
4. Zone Dingin, ketinggian 2500 m dpl ke atas. Suhu udara di bawah 110C dan tidak ada tanaman budidaya yang tumbuh.
b. Iklim Koeppen
Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan temperatur dan curah hujan. Koppen memperkenalkan lima kelompok utama iklim di muka bumi yang didasarkan kepada lima prinsip kelompok nabati (vegetasi). Kelima kelompok iklim ini dilambangkan dengan lima huruf besar yaitu antara lain;
• tipe iklim A adalah tipe iklim hujan tropik (tropical rainy climates) merupakan iklim hujan tropis tanpa musim dingin
• iklim B adalah tipe iklim kering (dry climates)
• iklim C adalah tipe iklim hujan suhu sedang (warm temperate rainy climates)merupakan iklim hujan lilntang menengah dengan musim dingin ringan
• iklim D adalah tipe iklim hutan bersalju dingin (cold snowy forest climates) merupakan iklim hujan lintang menengah dengan musim dingin yang berat
• iklim E adalah tipe iklim kutub (polar climates) merupakan iklim kutub tanpa musim hangat
Daerah di Indonesia memiliki iklim tipe A (tropical rainy climate). Iklim A mempunyai suhu bulan terdingin > 180C (16,440F) dengan suhu bulanan < 180C tanaman tropis tertentu yang peka tidak dapat hidup , jadi wilayah iklim ini merupakan kawasan tanaman megater yang memerlukan suhu yang tinggi secara terus-menerus dan hujan melimpah. Kelompok iklim A, yaitu:
a. Af (iklim basah tropis), f: curah hujan pada bulan paling kering
( 2,4 inchi). Iklim ini terdapat variasi musiman suhu minimum dan hujan yang tetap tinggi sepanjang tahun.
b. Aw (iklim tropis, basah dan kering). w: misim kering yang jelas dalam periode musim dingin. Iarma curah hujan musiman yang jelas, sekurang-kurangnya 1 bulan <60 mm (2.4 inchi). Suhu sama dengan Af.
c. Am (Muson)/ musim kering singkat. Am adalah tipe iklim antara Af dan Aw, menyerupai Af dalam jumlah hujan dan Aw dalam distribusi musiman. Curah hujan pada Aw dan Am bulan terkering <60 mm. Aw atau Am tergantung pada jumlah curah hujan tahunan dan jumlah yang terjadi pada bulan terkering. Koppen mengemukakan jenis iklim Am sangat penting bagi Indonesia. Iklim Am menunjukkan iklim tropis dimana jumlah curah hujan <60 mm selama 1 bulan atau lebih tetapi pada bulan-bulan lainnya jumlah curah hujannya besar. Dengan keadaan seperti ini diduga bahwa tanaman tidak dipengaruhi oleh kekeringan untuk sementara waktu.
c. Iklim Thornthwaite
C.W Thornhwaite (1993) membuat klasifikasi iklim berdasarkan pada curah hujan yang sangat penting untuk tanaman, sehingga selain jumlah curah hujan juga pada intensitas penguapan. Jika penguapan besar, curah hujan yang dipakai oleh tanaman akan lebih kecil daripada penguapannya kecil, pada jumlah curah hujan yang sama. Thornthwaite menghitung ratio keefektifan curah hujan atau ratio P-E, sebagai jumlah curah hujan (P=presipitasi) bulanan dibagi dengan jumlah penguapan (E=evaporasi) bulanan, yaitu ratio P-E = P/E. Jumlah 12 bulan ratio P-E disebut indeks P/E.
Rumus ratio P-E = 115 (P/T-10)10/9
Indeks P-E = ∑115 (Pi/Ti-10) 10/9
Keterangan:
P = presipitasi bulanan dalam inchi
T = Suhu bulanan rata-rata dalam 0F
I = 1,2,3…..
Tabel 1 Golongan Kelembaban menurut Thorntwaite
Golongan Kelembaban Keefektifan Tanaman Indeks P-E
A. Basah
B. Lembab
C. Sub Humid
D. Semi arid
E. Arid Hutan hujan
Hutan
Padang rumput
Stepa
Gurun ≥ 128
64-127
32-63
16-31
<16

Selain itu Thornthwaite mengemukakan adanya efisiensi panas dengan menggunakan rumus ratio T-E dan indeks T-E.
Rumus ratio T-E = (T-32)/4 dan
Indeks T-E = ∑12 (Ti-32)/4
Tabel 2 Golongan Suhu Menurut Thornthwaite
Golongan Suhu Indeks T-E
A’ = tropis
B’ = mesothermal
C’ = microthermal
D’ = taiga
E’ = tundra
F’ = salju abadi ≥ 128
64-127
32-63
16-31
1-15
0

Masing-masing golongan kelembaban dan golongan suhu dikonfirmasikan dengan penyebaran curah hujan musiman. Penyebaran curah hujan musiman dibedakan:
r = curah hujan banyak pada setiap musim
s = defisit curah hujan pada musim panas
w = defiisit curah hujan pada musim dingin
d = defisit curah hujan pada setiap musim
d. Iklim Mohr
Berdasarkan penelitian tanah, Mohr memebagi tiga derajat kelembaban dari bulan-bulan sepanjang tahun yaitu:
a. Jika curah hujan dalam satu bulan lebih dari 100mm, maka bulan ini dinamakan bulan basah, jumlah curah hujan ini melampaui penguapan
b. Jika curah hujan dalam satu bulan kurang dari 60mm, maka bulan ini dinamakan bulan kering, penguapan banyak berasal dari dalam tanah daripada curah hujan. Dalam hal ini penguapan lebih banyak daripada curah hujan.
c. Jika curah hujan dalam satu bulan antara 60mm dan 100mm maka bulan ini dinamakan bulan lemba, curah hujan penguapan kurang lebih seimbang
Berdasarkan kriteria tersebut maka dicari bulan-bulan kering dan bulan-bulan basah setiap tahun, sehingga ditemukan lima golongan yaitu:
Golongan I : daerah basah, yaitu daerah yang hampir tidak terdapat bulan kering
Golongan II : daerah agak basah yaitu daerah dengan bulan kering 1-2 bulan
Golongan III : daerah agak kering yaitu daerah dengan bulan kering 3-4 bulan
Golongan IV : daerah kering yaitu terdapat 5-6 bulan kering
Golongan V : daerah sangat kering, dengan bulan >6 bulan
e. Iklim Schmidt-Ferguson
Schmidt dan Ferguson (1951) menerima metode Mohr dalam menentukan bulan-bulan kering dan bulan-bulan basah, tetapi cara perhitungannya berbeda Schmidt dan Ferguson menghitung jumlah bulan-bulan kering dan bulan-bulan basah dari tiap-tiap tahun kemudian baru diambil rata-ratanya
Untuk menentukan jenis-jenis iklimnya, Schmidt dan Ferguson menggunakan harga Qoutient Q yang didefinisikan sebagai:
Q = (Jumlah rata-rata bulan-bulan kering/jumlah rata-rata bulan-bulan basah)x100%
Tiap tahun pengamatan dihitung jumlah bulan-bulan kering dan bulan-bulan basah, kemudian baru dirata-ratakan selama periode pengamatan (misalnya 30 tahun). Dari sini kita peroleh jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah. Misalkan jumlah rata-rata bulan kering = 4 dan jumlah rata-rata bulan basah = 8 maka diperoleh harga Q = 0,50 yang berarti tipe iklim C (agak basah).
Dari harga Q yang ditentukan pada persamaan di atas kemudian Schmidt dan Ferguson menentukanjenis iklimnya yang ditandai dari iklim A sampai iklim H sebagai berikut:
Tabel 3 Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson
Climate Type Q value (%) Condition of climate and vegetation
A
B
C
D
E
F
G
H <14,3
14,3 – 33,33
33,3 – 60,0
60,0 – 100,0
100,0 – 167,0
167,0 – 300,0
300,0 – 700,0
>700,0 Very wet region, tropical rain forest
Wet region, tropical rain forest
Somewhat wet region, deciduous forest, in dry season
Moderately climate, savanna forestDry climate, seasonal forest
Somewhat dry climate, savanna forest
Dry climate, savanna forest
Very dry climate, grass
Extremely dry climate, grass

f. Iklim Oldeman
Klasifikasi menurut Oldeman didasarkan pada keberurutan bulan basah dan bulan kering tanpa memeperhitungkan suhu. Oldeman menetapkan bahwa bulan basah dengan vurah hujan >200mm, sedangkan bulan kering dengan curah hujan <100mm sedangkan curah hujan antara 100-200mm merupakan bulan lembab. Oldeman membuat klasifikasi iklim dengan tujuan membantu usaha pertanian terutama tanaman padi, berdasarkan bulan basah dan bulan kering.
Tabel 4 Kriteria klasifikasi iklim (Agroklimat) Oldeman
Main Type Wet month consecutively Sub division Dry month respectively
A
B
C
D
E >9
7-9
5-6
3-4
<3 1
2
3
4
<2
2-3
4-6
>6

2. Tujuan
Tujuan pratikum analisis iklim ini adalah:
a. Melatih mahasiswa melakukan pengukuran iklim.
b. Melatih mahasiswa menganalisis iklim.
c. Mengetahui konndisi iklim wilayah yang dianalisis.

3. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam analisis iklim terdiri dari:
- Alat tulis (Kertas dan pensil/bolpoint)
- Peta
- Kertas Milimeter
- Kalkulator

4. Langkah Kerja
Langkah kerja yang harus dilakukan dalam analisis iklim wilayah adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menyiapkan data curah hujan selama 5 tahun di suatu wilayah, misalnya data curah hujan kecamatan Tarik kabupaten Sidoarjo.
3. Menyiapkan data suhu selama 5 tahun di suatu wilayah, misalnya data curah hujan kecamatan Tarik kabupaten Sidoarjo.
4. Melakukan klasifikasi iklim menurut
a. Junghun dengan cara:
- Menentukan ketinggian wilayah tersebut.
- Menentukan klasifikasi iklim menurut Junghun.
b. Koeppen dengan cara:
- Menentukan rata-rata suhu bulan terdingin dan rata-rata suhu bulan terpanas.
- Merubah rata-rata suhu tersebut dari 0C ke 0F, dengan rumus
= (9/5*0C)+32
- Menentukan iklim berdasarkan Koeppen
- Menentukan curah hujan pada bulan paling kering.
- Merubah rata-rata CH(mm) ke dalam inchi, dengan rumus
1 inchi = 2.54 cm
1mm = 0.1 cm maka 1 inchi = 25.4 mm
- Menentukan derajat kering
- Menggambar pembagian tipe iklim
c. Thornthwaite
- Mengonversikan data suhu menjadi satuan fahrenhait dan mengonversikan data curah hujan ke satuan inchi
- Menghitung ratio P-E dan ratio T-E
- Mengkonfirmasikan sebaran curah hujan dari data tersebut
- Menentukan iklim tornthwaite berdasarkan hasil perhitungan tersebut
d. Mohr
- Menghitung bulan basah dan bulan kering yang terjadi dalam rata-rata 5 tahun tersebut
- Menentukan golongan iklim berdasarkan hasil perhitungan bulan kering
e. Schmidt dan Ferguson dengan cara:
- Menghitung jumlah rata-rata bulan-bulan kering.
- Menghitung jumlah rata-rata bulan-bulan basah.
- Menentukan harga quotient(Q), yang didefinisikan sebagai:

- Dari harga Q, menetukan iklim, jenis iklim yang telah diklasifikasikan oleh Schmidt dan Ferguson dari iklim A sampai iklim H.
- Menggambar diagram iklim Schmidt-Ferguson.

f. Oldeman
- Menghitung bulan bsah dan bulan kering yang terjadi dalam rata-rata 5 tahun
- Menentukan iklim sesuai dengan jumlah bulan basah dan bulan kering yang telah dihitung
5. Membandingkan iklim suatu wilayah (kecamatan Tarik kabupaten Sidoarjo) berdasarkan klasifikasi menurut Junghun, Koeppen, Thornthwaite, Mohr, Schmidt-Ferguson, dan Oldeman.
6. Menggambarkan Klimatograf

5. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 5 Data Curah Hujan Kecamatan Tarik Kabupaten Sidoarjo
BULAN 2003 2004 2005 2006 2007 RATA2 INCH
JAN 450 375 355 226 238 328.8 13.15
FEB 533 341 475 353 210 382.4 15.30
MAR 364 529 156 53 293 279.0 11.16
APR 42 91 163 179 172 129.4 5.18
MEI 340 62 46 160 48 131.2 5.25
JUN 37 14 122 34.6 1.38
JUL 24 4.8 0.19
AGUST
SEPT
OKT 38 9 40 17.4 0.70
NOV 199 256 156 24 48 136.6 5.46
DES 333 266 545 243 597 396.8 15.87
JUMLAH 2336 1934 2051 1238 1646 1841.0 73.64
RATA2 259.56 241.75 205.1 176.86 205.75 217.8 8.71
Tabel 6 Data Suhu Kecamatan Tarik Kabupaten Sidoarjo
BULAN 2003 2004 2005 2006 2007 RATA2 0F
JAN 27 29 27 26 28 27.4 81.32
FEB 28 27 28 27 29 27.8 82.04
MAR 29 28 27.5 28 27.5 28.0 82.40
APR 29.5 27.5 28 29 29 28.6 83.48
MEI 30 29 27 27 28 28.2 82.76
JUN 27 28 29 30 30 28.8 83.84
JUL 28 28.5 28.5 28 28 28.2 82.76
AGUST 29.5 28 30 28 28.5 28.8 83.84
SEPT 28 27.5 29 29 29 28.5 83.30
OKT 27 26 27.5 27 27 26.9 80.42
NOV 27.5 26 28 28 27.5 27.4 81.32
DES 26.5 27 26.5 27 28 27.0 80.60
JUMLAH 337 331.5 336 334 339.5 335.6 988.08
RATA2 28.08 27.63 28 27.83 28.29167 28.0 82.34

1. Iklim Junghun
Kecamatan Tarik Kabupaten sidoarjo mempunyai ketinggian 16 m dpl, berdasarkan iklim Junghunh merupakan zone panas yang memiliki suhu rata-rata 220, namun kecamatan Tarik meiliki suhu rata-rata 280. Tanaman budidaya yang cocok adalah tembakau, kelapa, padi dan jagung. Tanaman yang dapat ditemukan di kecamatan tarik antara lain padi dan jagung. Berikut diagram iklim Junghunh untuk kecamatan Tarik kabupaten Sidoarjo.
















2. Iklim Koeppen
Curah hujan bulan terkering dalam rata-rata data curah hujan selama 5 tahun di kecamatan Tarik kabupaten Sidoarjo adalah 0,19 inchi dengan curah hujan tahunan 73,64 inchi. Sehingga jika ditarik pada diagram angka tersebut berada pada zone iklim Aw yang merupakan iklim tropis, basah dan kering. Musim kering yang jelas dalam periode musim dingin. Iram curah hujan musiman jelas, sekurang-kurangnya <60mm (2,4 inchi). Berikut diagram perhitungan dari iklim Koeppen untuk kecamatan tarik kabupaten Sidoarjo.




3. Iklim Mohr
Jumlah bulan kering dalam rata-rata 5 tahun adalah
Tahun 2003 = 6
Tahun 2004 = 5
Tahun 2005 = 5
Tahun 2006 = 7
Tahun 2007 = 7 +
Jumlah = 30 rata-rata 30/5 = 6 termasuk dalam golongan IV yaitu daerah kering
4. Iklim Oldeman
Jumlah bulan kering rata-rata dalam 5 tahun
Tahun 2003 = 6
Tahun 2004 = 7
Tahun 2005 = 5
Tahun 2006 = 7
Tahun 2007 = 7
Jumlah rata-rata bulan kering = 6,4 sub divisi 4
Jumlah bulan basah rata-rata dalam 5 tahun
Tahun 2003 = 5
Tahun 2004 = 5
Tahun 2005 = 3
Tahun 2006 = 3
Tahun 2007 = 4
Jumlah rata-rata bulan basah = 4 tipe D
Jadi berdasarkan perhitungan iklim Oldeman kecamatan tarik Kabupaten sidoarjo termasuk dalam iklim D4.
5. Schimdt dan Ferguson
Dalam perhitungan iklim Schmidth dan Ferguson dapat dilakukan dengan menghitung bulan kering dan bulan basah.
2003 2004 2005 2006 2007 Rata-rata
Bulan Kering
Bulan Basah
Bulan lembab 6
6
- 4
7
1 5
7
- 7
5
- 7
5
- 5,8
6
0,2

Hasil perhitungan tersebut dimasukkan dalam diagram iklim Schimdth dan Ferguson, nilai dari bulan basah dan bulan kering ditarik garis sehingga titik perpotongannya merupakan golongan iklim. Berdasarkan diagram Schmidth-Ferguson termasuk dalam golongan iklim C.
Berdasarkan data curah hujan dan suhu selama 5 tahun yaitu antara tahun 2003 sampai 2007 dapat diketahui fluktuasi suhu dan curah hujan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik klimatograf berikut:

















Dari klimatograf dapat diketahui bahwa fluktuasi curah hujan lebih tajam atau lebih bervariasi daripada fluktuasi suhu.

PEMBAHASAN
Kecamatan Tarik terdapat di wilayah paling selatan sisi barat pada Kabupaten Sidoarjo. Luas wilayah kecamatan Tarik adalah 32,50 Ha dengan jumlah penduduk 53645 jiwa. Kecamatan Tarik Merupakan wilayah yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian pada bidang pertanian. Luas lahan produksi panen padi di kecamatan tarik adalah 2.668 Ha dan luas lahan panen dari jagung adalah 43 Ha.
Berdasarkan perhitungan iklim Junghunh, kecamatan Tarik kabupaten Sidoarjo merupakan zone panas dengan yang meiliki suhu rata-rata 280. Tanaman budidaya yang cocok adalah tembakau, kelapa, padi dan jagung. Tanaman yang dapat ditemukan di kecamatan tarik antara lain padi dan jagung, untuk tembakau dan kelapa jarang ditemukan di kecamatan Tarik. Berdasarkan perhitungan iklim Koeppen, iklim di kecamatan Tarik termasuk iklim Aw dengan curah hujan bulan terkering dalam rata-rata data curah hujan selama 5 tahun adalah 0,19 inchi dengan curah hujan tahunan 73,64 inchi. Iklim Aw yang merupakan iklim tropis, basah dan kering. Musim kering yang jelas dalam periode musim dingin. Irama curah hujan musiman jelas, sekurang-kurangnya <60mm (2,4 inchi).
Perhitungan iklim Mohr menunjukkan bahwa wilayah kecamatan Tarik termasuk golongan IV yang masuk dalam kategori daerah kering. Sama halnya dengan iklim Junghunh dan iklim Koeppen yang menyatakan bahwa wilayah kecamatan Tarik merupakan daerah panas dan daerah kering yang jelas. Berdasarkan perhitungan iklim Oldeman termasuk iklim D4 yang dicirikan dengan adanya pola tanam padi dan hanya sekali atau dua kali tanaman palawija dalam satu tahun musim panen. Di kecamatan Tarik kabupaten Sidoarjo, pola tanamnya lebih banyak didominasi oleh tanaman padi. Perhitungan iklim menurut Schmidth-Ferguson menunjukkan bahwa wilayah kecamatan Tarik kabupaten Sidoarjo merupakan daerah yang agak basah namun tetap ada musim kering yang jelas.
Hasil perhitungan iklim menunjukkan bahwa wilayah kecamatan Tarik kabupaten Sidoarjo merupakan daerah kering. Dilihat dari ketinggian kecamatan Tarik termasuk pada dataran rendah yang mempunyai cirri panas karena pola keruangannya, kerapatan vegetasinya jarang, dan kondisi lingkungan yang dekat dengan pantai.
6. KESIMPULAN
Berdasarkan perhitungan iklim di atas dapat disimpulkan bahwa wilayah kecamatan tarik kabupaten sidoarjo merupakan daerah panas dan kering. Dengan tanaman yang cocok adalah padidan tanaman palawija misalnya jagung.
7. DAFTAR PUSTAKA
Utomo, Dwiyono Hari. 2004. Meteorologi-Klimatologi dalam studi geografi. Malang:Universitas Negeri Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar